Gerakan Intifadhah di Palestina

Timur Tengah merupakan salah satu kawasan di dunia yang sangat potensial, baik dalam hal barang tambang, hasil bumi ataupun masalah konflik yang berkepanjangan. Salah satunya adalah konflik Israel-Palestina yang hingga saat ini belum ditemukan solusi yang sangat tepat yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dampaknya adalah tidak sedikit dari negara-negara di dunia bahkan PBB. Salah satu sumber masalah konflik di Timur Tengah yaitu, ketika tahun 1948 negara Israel memerdekakan diri sebagai negara yang berdaulat, serta mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional. Sumber konflik lainnya yaitu terjadi pada waktu tahun tersebut, seputar masalah pengakuan oleh tanah Israel. Pengakuan secara historis, memiliki ikatan emosional kaum Yahudi, yang merasa memiliki dan berhak atas tanah Palestina, termasuk didalamnya anak dan cucu mereka. Lagi-lagi mereka juga mempunyai latar sejarah nenek moyang mereka, yang menurut pengakuan mereka pernah tinggal di salah satu kawasan Arab ini, yang mana mereka sempat terusir untuk mencari hunian baru.

Rakyat Palestina, khususnya para pemuda sudah tidak sabar melihat kondisi buruk dan serius ini, sehingga terjadilah suatu perlawanan. Terjadilah sebuah peristiwa bersejarah antara peningkatan pertumbuhan gerakan Islam dengan aksi perlawanan rakyat di seluruh wilayah pendudukan. Gerakan Islam di Palestina telah menciptakan kondisi yang mendukung munculnya aksi masa. Dimana seluruh masyarakat Palestina khususnya, harus bersatu dalam menjalankan suatu perjuangan menuju pembebasannya. Pandangan lain melihat bahwa pembentukan Israel oleh bangsa Arab dipandang sebagai sebuah tahapan dan langkah awal usaha Zionis untuk mencapai tujuan akhir, yakni menundukkan seluruh bangsa Arab sebagai bentuk tujuan dan imperialisme yang paling buruk.

Gerakan Islam telah menciptakan kondisi yang mendukung munculnya aksi perlawanan rakyat Palestina dalam intensitas yang tinggi, termasuk juga faktor gerakan revolusi Islam di Iran dibawah pimpinan Imam Khomeini. Kesatuan dan kebersamaan dalam ide tersebut yang menyebabkan semangat kuat yang ditonjolkan para pemuda Palestina guna mendirikan dan mendeklarasikan sebuah perjuangan yang dinamakan Intifadhah, yang mempunyai tujuan dasar dan akhir memerdekakan Palestina dari Israel. Mereka barsatu dari semua lapisan, baik itu mulai dari masyarakat bawah hingga ke tingkatan masyarakat atas yang ikut terlibat ke dalam gerakan tersebut.

gerakan intifadhah di palestina
Gambar : Gerakan Intifadhah di Palestina



A. SEJARAH INTIFADHAH
Sebuah pemberontakan yang dikenal dalam Bahasa Arab, yaitu Intifadhah, merupakan perjuangan yang dilakukan oleh orang-orang Palestina untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh bangsa Israel yang dilakukan mulai dekade 1980-an. Tepatnya pada tanggal 9 Desember 1987 yang merupakan hari dimana munculnya pertama kali sebuah perang perlawanan terhadap Zionis Israel. Semuanya antara laki-laki, tua muda, dan sebagian perempuan yang ada di Palestina membentuk suatu barisan. Gerakan iini muncul secara tiba-tiba, serentak, agresif, universal, dengan kesadaran dan rasa protes, serta dengan penuh keberanian. Gerakan Intifadhah terbagi menjadi 2 tahap yaitu pada tahap pertama yang terjadi pada tahun 1987-1994 yang dikenal dengan Intifadhah Al-Mubarok, dan pada tahap kedua yaitu Intifadhah Al-Aqaqa yang terjadi antara September 2000 sampai Juni 2002.

Intifadhah ini terlahir dari kekejaman Zionis Israel dan provokasi terhadap rakyat Palestina dan hal-hal yang dianggap rakyat Palestina tempat-tempat suci. Karena ikatan kuat rakyat Palestina terhadap tempat-tempat suci ini, khususnya Mesjid Al-Aqsa, yang merupakan kiblat pertama Muslimin Palestina. Perjuangan Intifadhah yang sangat keras ini dikaitkan dengan apa yang menjadi tujuan gerakan ini didirikan pertama kali yaitu sebagai penggerak perlawanan rakyat Palestina terhadap tentara Israel. Gerakan yang sebenarnya didasari atas agama Islam ini merupakan perjuangan jihad rakyat Palestina, karena perjuangan ini bertujuan untuk membebaskan diri dari penindasan Israel sekaligus mengembalikan kejayaan agama Islam. Disisi lain gerakan ini untuk menambah pembuktian bahwa peran Intifadhah dalam hal pencapaian kemerdekaan Palestina, karena adanya masalah pengambilalihan daerah Palestina secara paksa oleh Israel.

intifadhah dengan melempari batu
Gambar : Gerakan Intifadhah Dengan Melempari Batu


Munculnya gerakan Intifadhah pertama kali hanya bersenjatakan batu-batu yang dilempar dengan alat seperti ketapel, karena orang-orang Palestina pada saat itu kurang memiliki persenjataan yang canggih sehingga Intifadhah dekade 1980-an dikenal juga dengan nama revolusi batu. Dan parahnya lagi tidak ada satupun negara Islam tetangga yang membantu perjuangan Palestina ini. Berbeda dengan bangsa Israel yang telah menggunakan persenjataan yang sangat canggih seperti peluru, roket, dan rudal yang kebanyakan senjata-senjata itu disokong dari bangsa barat, terutama dari negara Amerika Serikat. Israel didukung oleh kolusi dan persetujuan negara imperialis timur dan barat. Dia diciptakan untuk menindas dan mengekploitasi kaum muslim, dan sekarang dia didukung oleh seluruh imperialis. Inggris dan Amerika Serikat dengan memperkuat Israel secara militer dan politik serta menyuplainya dengan senjata-senjata mematikan, mendorong Israel untuk melakukan agresi terus menerus atas bangsa Arab dan kaum Muslim dan untuk melamjutkan pendudukan atas Palestina dan tanah-tanah Islam lainnya. Mereka pun mampu membunuh ribuan anak-anak Palestina dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Namun dalam kitab suci mereka yang tercatat kisah Nabi Daud A.S yang membunuh raja Jalut yang kejam hanya dengan menggunakan senjata batu, dan itu merupakan salah satu hal yang ditakuti oleh Israel.

Tentara Israel yang menjadikan warga sipil dan anak-anak sebagai sasaran, tidak ragu menembak bahkan anak-anak yang sedang bermain di tempat bermain sekolah. Karena jam malam yang diberlakukan oleh Israel, dalam tahun itu mereka lebih sering tidak pergi ke sekolah. Ketika mereka bisa bersekolah, mereka menjadi sasaran serangan Israel. Banyak dari orang-orang Palestina menjadi korban keganasan tentara Israel secara kejam, pembunuhan secara brutal terutama pada anak-anak seperti seorang anak kecil berumur 8 tahun yang ditembak mati. Selain itu pemukim Yahudi yang dilengkapi senjata-senjata canggih menyerang desa-desa Palestina, banyak masyarakat sipil Palestina menjadi sasaran tembak tentara Israel. Dengan terbunuhnya orang-orang Palestina maka dengan mudah tentara Israel bisa menempati daerah barunya dan memperluas daerah kekuasaan.


B. FAKTOR KEBANGKITAN GERAKAN INTIFADHAH

1. Keberhasilan Revolusi Islam di Iran.
Keberhasilan revolusi Islam di Iran yang terjadi pada bulan Februari 1979 telah menghidupkan kembali kejayaan Islam. Dengan adanya revolusi Iran ini dapat memberikan semangat rasa percaya diri kepada bangsa Palestina dan menyadarkan bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang kuat untuk merebut kembali hak-hak mereka yang terampas. Selama ini Iran yang dipandang sebagai saudara oleh bangsa Palestina dapat memberikan suatu contoh keberhasilan dan bukti bahwa bangsa Iran dengan kekuatan Islamnya mampu melawan dan menjatuhkan kekuasaan rezim Syah Pahlavi.

2. Kezaliman dan kekejaman rezim zionis israel.
Gerakan Intifadhah merupakan respon dari orang-orang Palestina terhadap tindakan semena-mena yang telah dilakukan Israel. Kekejaman yang dilakukan Israel telah memberi dampak yang merugikan bagi bangsa Palestina, seperti banyaknya rakyat Palestina yang tidak berdosa menjadi korban penyiksaan dan pembunuhan, menjadi terlantar karena tempat tinggal yang mereka tempati telah diambil paksa dan dihancurkan oleh tentara Israel, menghancurkan perekonomian dan merusak sarana-sarana, dan masih banyak penderitaan lainnya yang diderita bangsa Palestina. Hal tersebut merupakan faktor penyebab berdirinya gerakan Intifadhah.

3. Kekecewaan terhadap sikap para pemimpin dunia Arab.
Para pemimpin Arab yang tidak pernah memprioritaskan masalah Palestina dalam agenda kerjanya menyebabkan kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat Palestina. Padahal para pemimpin Arab kebanyakan beragama Islam yang notabene sama dengan apa yang menjadi agama penduduk Palestina. Namun pada kenyataannya sangat berbeda, mereka lebih mementingkan permasalahan lainnya, seperti isu perang Irak-Iran.

4. Kegagalan faksi-faksi militer dan politik Palestina untuk menyelamatkan negara mereka.
Setelah kekalahan Arab pada tahun 1967, banyak lembaga, organisasi dan kelompok gerilyawan militer dan politik berdatangan di tempat pergolakan di Palestina. Namun pada akhir dekade 1970-an kelompok-kelompok tersebut menganggap perlawanan dengan menggunakan senjata tidak mampu mengalahkan Israel, dan akhirnya mereka menginginkan menempuh jalan perjuangan dengan cara berdiplomasi. Seiring berjalannya waktu, ternyata dengan cara politik ini tidak membuahkan hasil yang lebih baik, malah semakin memperparah keadaan karena rasa pesimis dan keputus-asaan menyebabkan satu persatu kelompok-kelompok itu meninggalkan wilayah Palestina, dan ada pula yang berkhianat.

5. Perjuangan gerakan Hizbullah di Lebanon
Gerakan Hizbullah Lebanon yang kelahirannya berasal dari pemikiran pemimpin besar revolusi Islam Iran Imam Khomeini, mampu memberikan perlawanan terhadap Israel. Para pejuang Hizbullah semasa pendudukan di Lebanon maupun setelah tentara Israel lari meninggalkan wilayah itu telah memberikan memberikan semangat perjuangan pada bangsa Palestina. Serangan yang dilancarkan bangsa Palestina banyak memiliki kemiripan dengan serangan yang dilakukan oleh Hizbullah, karena Hizbullah sendiri yang telah mengajarkan kepada orang-orang Palestina bagaimana cara menghadapi Israel.

intifadhah dengan senjata ketapel
Gambar : Gerakan Intifadhah Dengan Senjata Ketapel


C. POLA PERJUANGAN GERAKAN INTIFADHAH

1. Fase Pertama (1967-1987)
Fase ini dikenal dengan fase pembentukan dan pembangunan basis masa yang tangguh dan kokoh, salah satu caranya dengan pendirian yayasan dan lembaga pendidikan dan sosial.

2. Fase Kedua (1987-1991)
Pada fase ini sudah mulai pada tahap aktualisasi jihad sebenarnya melawan Israel, salah satunya dengan dikorbankannya aksi Intifadah yaitu dengan pengerahan massa untuk melakukan perlawanan sipil secara total dan terkoordinasi.

3. Fase Ketiga(1991-sekarang)
Pada fase ini, Intifadah mulai digaungkan perjuangnya, melalui gerakan Hamas. Dimana pada fase ini terbentuk basis massa yang kuat dan mendapatkan simpati dari masyarakat luas Palestina.


D. INTIFADHAH 1
Sehari sebelum Intifadhah pertama terjadi, sebuah truk militer Israel memasuki wilayah Gaza tempat pengungsian orang-orang Palestina dengan tujuan yang tidak jelas, kecuali menyerang orang-orang Palestina. Pada saat itu terbunuh 4 orang dan bersamaan dengan itu orang-orang Yahudi pun dengan memaksa merebut Masjidil Aqsa atau Yerusalem Timur. Pada tanggal 18 Desember tentara Israel memperparah keadaan dengan membunuh 2 orang dan sedikitnya melukai 20 orang muslim yang baru selesai shalat Jum’at. Tentara Israel itu melanjutkan kekejamannya menyerbu Rumah Sakit Syifa dengan memukuli dokter-dokter dan perawatnya, menyeret orang-orang Palestina yang sedang dirawat di rumah sakit itu.

Kebrutalan usaha-usaha Israel untuk menekan Intifadhah semula dikemukakan oleh menteri pertahanan Yitzhak Rabin pada 19 Januari 1988, dia menyiarkan kebijaksanaan “Patah Tulang”. Dengan mengatakan bahwa Israel akan menggunakan “Kekerasan Kekuatan dan Pukulan” untuk menekan pemberontakan. Sepanjang masa ini, perhatian dunia tertuju pada kasus anak-anak yang tempurung kepalanya pecah dan tangan-tangan mereka dipatahkan oleh para tentara Israel. Orang-orang Palestina, dari yang paling muda hingga yang paling tua, menentang kekerasan militer Israel dan penindasan dengan senjata batu apa pun yang dapat mereka temukan. Sebagai balasannya, tentara Israel secara besar-besaran memberondongkan senjatanya: menyiksa, mematahkan tangan, dan menembaki lambung dan kepala orang-orang dengan tembakan senapan. Israel telah membunuh, melukai, memotong anggota badan, menyiksa, memnjarakan, atau mengusir berpuluh-puluh ribu orang palestina dalam usaha untuk menekan pemberontakan Palestina. Ketika pemberontakan itu mencapai tahun kelima pada akhir 1991, Pusat Informasi Hak-hak Asasi Manusia Palestina di Yerusalem dan Chicago melaporkan statistik kumulatif berikut ini : 994 pembunuhan atas orang-orang Palestina oleh pasukan Israel, 119.300 orang terluka, 66 deportasi, 16.000 penahanan administratif, 94.830 aker penyitaan tanah, 2.074 penghancuran atau penyegelan rumah, 10.000 jam malam terus-menerus atas wilayah-wilayah dengan penduduk lebih dari 10.000 orang, dan 120.000 pencabutan pohon-pohon dari akarnya.

Intifadhah rakyat Palestina yang dilakukan dengan senjata batu dan pentungan untuk melawan tentara paling modern di dunia, berhasil menarik perhatian internasional pada wilayah ini. Intifadhah Pertama dianggap selesai pada 13 September 1993, ketika Perjanjian Oslo ditandantangani dalam sebuah upacara meriah di pekarangan selatan Gedung Putih. PM Israel Yitzhak Rabin dan Ketua PLO (Palestine Liberation Organisation) Yasser Arafat bersalaman disaksikan Presiden AS Bill Clinton. Pasca Camp David Summit, masih ada upaya perdamaian melalui Beirut Summit yang diprakarsai oleh Arab Peace Initiative, dan juga proposal Peta Jalan atau Road Map for Peace yang diusulkan oleh Quartet on Middle East yang terdiri dari AS, Rusia, PBB, dan Uni Eropa (UE). Dan sama seperti upaya-upaya perdamaian sebelumnya, kedua pertemuan itu tidak berhasil mendamaikan Palestina dan Israel.

Belum genap tiga tahun, perjanjian itu sudah dianggap mati, ditandai kebijakan agresif perdana menteri Israel yang waktu itu terpilih, Benyamin Netanyahu. Ketika Perdana Menteri Ariel Sharon, menginjakkan kaki ke Masjidil Aqsa tahun 2000, dunia menyaksikan Intifadhah Kedua meletus.


E. INTIFADHAH 2
Kekerasan tentara Israel yang terus berlanjut di luar kendali pada bulan April 2001 dan membawa Israel dan Palestina kembali bergejolak. Pada gerakan Intifadah yang terakhir sampai dengan perjanjian perdamaian, orang yang ada di pusat kejadian itu adalah Ariel Sharon, yang kemudian menjabat, dan masih menjadi perdana menteri. Sharon dikenal oleh orang-orang Islam sebagai seorang politisi yang gemar menggunakan kekerasan. Seluruh dunia mengenalnya karena pembantaian yang telah dia lakukan atas orang-orang Palestina, perilakunya yang suka menghasut, dan kata-kata kasarnya. Yang terbesar dari pembantaian-pembantaian itu terjadi 20 tahun yang lalu di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, menyusul serangan Israel pada Juni 1982 ke Libanon. Dalam pembantaian ini, sekitar 2000 orang tak berdaya dibunuh, mengalami siksaan hebat, dan dibakar hidup-hidup.

Sharon di bawah kawalan 1200 orang polisi memasuki Mesjid al-Aqsa, suatu tempat yang suci bagi Muslimin. Setiap orang termasuk para pemimpin Israel dan rakyat Israel sepakat bahwa masuknya Sharon ke tempat suci ini, suatu perbuatan yang biasanya terlarang bagi non-Muslim, tindakan ini merupakan sebuah provokasi yang dirancang untuk mempertegang keadaan yang sudah memanas dan memperbesar pertentangan. Penentuan waktunya sama pentingnya dengan tempat itu, karena pada hari sebelumnya Ehud Barak telah mengumumkan bahwa Yerusalem mungkin dibagi dua dan dimungkinkan perundingan dengan orang-orang Palestina.

Pada 28 September 2000, Intifadah Kedua dimulai dengan dipimpin oleh HAMAS. PNA sendiri dalam pihak yang bertentangan dengan HAMAS. PNA lebih milih untuk berdialog daripada berperang. Pada 26 Oktober 2004, gigihnya perjuangan Intifadah II membuat Israel kewalahan dan mengesahkan program penarikan mundur dari Jalur Gaza. Pada, 11 Nov 2004 Yaser Arafat meninggal. Kepemimpinan di PLO digantikan oleh Mahmoud Abbas.

September 2005 dimulai penarikan mundur tentara Israel dari Jalur Gaza. Inilah kemenangan para pejuang Palestina setelah 38 tahun. Namun, Israel terus melancarkan serangan dan teror ke Jalur Gaza. Selain itu, Israel mendirikan tembok-tembok pembatas yang mengucilkan pemukiman Palestina dan memperlebar perumahan bagi bangsa Yahudi. Seperti diketahui pada perbatasan Palestina dengan Mesir dibangun sebuah tembok pembatas yang sangat tinggi diujung atasnya diberi aliran listrik dan ditanam sangat dalam dibawah tanah yang mengakibatkan orang-orang Palestina tidak bisa kemana-kemana meminta bantuan dari negara Mesir. Rakyat Palestina yang tinggal di jalur Gaza merupakan penduduk yang sangat menderita keadaannya, karena mereka mendapatkan serangan-serangan yang dilancarkan tentara Israel, selain itu suplai bahan makanan yang mengalir ke penduduk Palestina juga terhambat dengan dibangunnya tembok pembatas oleh Israel.

Gerakan Intifadhah yang dilakukan dalam pembebasan daerahnya dari kekuasaan Israel banyak mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain :

1. Faktor Negara Tetangga Palestina
Hal ini terkait dengan faktor sumber pendanaan dan suplai bagi kelangsungan hidup rakyat Palestina. Karena seperti diketahui, negara-negara Arab disekitar Palestina memilih diam dan tidak membuka pintu perbatasan bagi penyuplai makanan. Mereka lebih mementingkan kepentingan negaranya sendiri dan tidak ingin mencampuri urusan Palestina dengan Israel.

2. Aspek Eksternal Dunia Barat

-Dukungan Amerika Serikat terhadap Israel
Kekuatan dan kebrutalan Israel yang dilakukan terhadap Palestina ternyata dilatarbelakangi oleh faktor Kitab Suci perjanjian versi orang Yahudi Israel, dimana salah satu isinya menyangkut penguasaan Tanah Arab tanpa orang Arab sedikitpun. Selain itu juga fakta menunjukkan bahwa Amerika Serikat dalam banyak kasus menunjukkan membabi buta memberi dukungan terhadap Israel. Tanpa adanya reserve dan proses penyeleksian terhadap masalah dengan pandangan yang lebih obyektif. Senjata-senjata canggih yang dimiliki tentara Israel merupakan penyaluran bantuan dari Amerika Serikat.

-Veto resolusi PBB
Sejak perang 1967, tiap tahun dalam sidang PBB selalu saja ada resolusi menekan dan menghukum Israel. Tapi hampir semua resolusi tersebut rontok sebelum ditetapkan karena di veto terlebih dahulu oleh Amerika Serikat walaupun perbandingan suara yang ada sangat jauh.

-Dukungan dana
Sejak awal kemerdekaan Israel 1948, hingga kini Amerika Serikat telah menjadi sumber dana bagi Israel. Misalnya pada tahun 1990-an Israel menghadapi krisis ekonomi dalam hal pengeluaran anggaran pertahanan dan militer, banyak pihak yang membantunya selain Amerika serikat juga banyak perusahaan swasta yang ikut membantu.

Bagaimanapun tindakannya, memilih cara dengan kekerasan tidak pernah memecahkan persoalan. Namun gerakan-gerakan seperti gerakan Intifadhah yang dilakukan oleh bangsa Palestina untuk melawan Israel merupakan suatu perjuangan yang sangat hebat pada waktu itu, karena dengan persenjataan yang minim mampu memberikan perlawanan meskipun akhirnya banyak terjadi korban dan kerugian yang dialami bangsa Palestina. Dan kembali pada kenyataan penting yang harus dicamkan ketika merenungkan tanah tempat gerakan Intifadhah terjadi. Pertama-tama, karena diperkuat oleh keputusan PBB, tentara Israel menggunakan kekuatan yang sejalan dengan hukum internasional, seharusnya dijauhi. Meskipun sudah diperkuat aturan, jika Israel menuntut agar keberadaannya di tanah ini diterima, cara menunjukkannya tentu bukan dengan membunuh orang-orang tak berdosa.

Karena semua orang yang dapat berfikir dingin pastilah sepakat jika salah bagi orang-orang Palestina memilih kekerasan, maka pastilah juga salah bagi tentara-tentara Israel membunuh mereka. Setiap negara memiliki hak membela diri dan melindungi dirinya, namun apa yang telah terjadi di Palestina jauh dari sekedar membela diri.



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...