Kisah Bernard Arnault - Louis Vuitton


Bernard Arnault dikenal sebagai orang terkaya di Prancis. Saat ini, Arnault menduduki peringkat ketujuh orang terkaya sedunia versi Forbes dengan kekayaan sebesar 27,5 miliar dollar AS. Dia adalah pemegang saham terbesar, pimpinan, serta CEO perusahaan Moet Hennessy Louis Vuitton yang berfokus pada produksi dan pemasaran bermacam-macam produk mewah. Produk-produk itu antara lain sampanye Moet yang terkenal, Christian Dior, Dom Perignon, dan Louis Vuitton.

Arnault dilahirkan pada 5 Maret 1949. Dia tumbuh di Roubaix, selatan Prancis. Arnault bersekolah di sekolah teknik bernama Ecole Polytechnique sambil membantu perusahaan properti dan konstruksi keluarganya. Perusahaan yang bernama Ferret-Savinel tersebut bergerak di bawah pengawasan Arnault.

Setelah Sosialis Perancis bangkit di tahun 1981, Arnault, bersama dengan istri dan anak-anaknya, pindah menuju AS di mana ia meneruskan bisnis konstruksi di Palm Beach, Florida. Saat suasana politik Prancis berubah di tahun 1983, Arnault bersama keluarganya kembali ke negeri asalnya dan mengambil alih Boussac -perusahaan tekstil yang sedang berjuang untuk bertahan dan saat itu memiliki merek Christian Dior. Pemerintah Prancis mencari seseorang untuk mengakuisisi Boussac dan Arnault-lah yang dapat menginvestasikan 15 juta dollar miliknya dan sejumlah uang yang ia miliki untuk membelinya. Alasannya dalam mengakuisisi Boussac ialah untuk mendapatkan kendali atas label Dior dan membangun pijakan atas pasar produk mewah.

Arnault mulai membangun kerajaan bisnisnya dengan menjual berbagai macam divisi dari perusahaan Boussac yang tidak berhubungan dengan tujuannya yaitu memiliki bisnis mewah. Sebagian besar uang tersebut dihabiskan untuk membeli 24% saham pengendali perusahaan LVMH. Setelah mengalami perseteruan yang hebat dengan staf eksekutif, Arnault akhirnya mendapatkan kendali atas perusahaan dan memecat sejumlah eksekutif pelaksana untuk kembali membangun perusahaan agar mencapai tujuannya tersebut.

Dia pun mengubah fokus perusahaan dari tren tradisional menuju energi baru dan kreatif yang sedang muncul ke permukaan di Prancis. Arnault ingin menggunakan kreativitas dunia fashion dan membawanya menuju pasar barang-barang mewah. Bagian dari perubahan ini termasuk menyewa seorang desainer baru dengan nama John Galliano. Pengalaman Arnault dengan bisnis memberikannya kekuatan dan pengetahuan yang ia butuhkan untuk membangun kembali perusahaan tersebut dan pelatihannya sebagai pemain piano klasik memberikannya pemahaman mengenai seni kreatif. Perpaduan ini memberikan Arnault sebuah pondasi kekuatan bagi masa depan LVMH. Arnault melanjutkan untuk mengakuisisi merek-merek tersebut selama dekade 1990-an dan membeli nama-nama mewah seperti Givenchy, TAG Heuer, Sephora, dan sejumlah label spirit dan anggur. Ia dikritik karena idenya membangun kerajaan konglomerat mewah raksasa.


Namun, banyak pesaingnya merasa bahwa Arnault bertujuan membangun bisnis dan kemajuan dalam hal finansial dengan mengambil keputusan semacam itu. Akan tetapi, dengan ekonomi yang terus menerus berubah di abad XXI, Arnault berpendapat bahwa kebanyakan orang di dunia tidak membeli produk-produk mewah yang mereka idam-idamkan selama beberapa tahun terakhir ini.
Hal itu mengakibatkan banyak merek di bawah perusahaan LVMH berjuang untuk memperoleh keuntungan dan tetap stabil. Namun, Arnault tidak berubah pikiran dan melanjutkan usahanya untuk berfokus pada kualitas dan kemewahan sembari menyadari kenyataan bahwa beberapa merek dan tokonya perlu disesuaikan ke level pasar yang lebih rendah. Meskipun terjadi beberapa masalah keuangan, Arnault masih dapat menjaga kepemilikan atas beberapa merek mewah dunia.

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...