SUGIRI & KONDOM

SUGIRI & KONDOM
Jakarta–bkkbn online; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akan lebih meningkatkan kampanye penggunaan kondom sebagai salah satu alat KB. Cara ini diharapkan akan berdampak pada penurunan angka kematian akibat HIV/AIDS.
Siang itu udara di luar ruangan begitu terik. Namun, untuk sebuah tugas dadakan, kami bertiga dari Majalah ‘Jurnal Keluarga’ harus mewawancarai dr. Sugiri Syarief MPA, orang nomor satu di lembaga KB milik pemerintah, BKKBN.
Penugasan itu, sebagaimana biasa, kami lakukan dengan penuh rasa senang. Maklum, sosok Sugiri sudah cukup kami kenal dekat. Penuh senyum, dan tentu saja ramah. Satu hal yang tidak pernah kami kawatirkan, dia tidak pernah bertanya balik kepada wartawan atas pertanyaan yang diajukan. Ini membuat kami rada tenang melempar pertanyaan, meski informasi yang kami miliki sangat minim.
Rasa penat itu tiba-tiba saja hilang tatkala kami memasuki ruang kerja Kepala BKKBN itu. AC di ruangan itu sangat dingin. Dingin yang membuat badan kami bergetar sebentar, Tanda adanya pergantian suhu mendadak dari super panas ke hawa dingin yang menusuk tulang.
Kami pun bersua dengan dr Sugiri, di tengah kesibukannya yang kian memuncak. Maklum, hari-harinya dilalui dengan kerja ekstra cepat. Karena pada 2008, Sugiri sudah bertekad akan mengajak ‘lari’ lembaganya untuk berburu angka kelahiran yang dikawatirkan bakal meledak akibat lembaga ini terlampau lama ‘tertidur’.
Namun, bukan persoalan program KB yang akan kami korek dari Sugiri. Tetapi lebih kepada masalah kesehatan reproduksi, dan lebih membumi lagi kepada masalah yang menakutkan: HIV/AIDS.
Mengapa HIV/AIDS? Karena BKKBN memiliki wilayah garapan di sektor ini. Bukan secara medis, tapi dari pendekatan kesehatan reproduksi. Tepatnya, menangkal penyebaran HIV/AIDS melalui ketahanan keluarga. Dan secara tidak langsung dimungkinkan juga melalui pemakaian kondom.
Kondom adalah salah satu cara untuk ber-KB. Kondom juga salah satu cara untuk meminimalisasi penularan virus HIV/AIDS dari seorang penderita kepada orang sehat. Kondom memang memiliki dual proteksi.
Bertolak dari dua ‘manfaat’ besar yang di’tenteng’ oleh kondom, BKKBN pun pernah mencoba mendirikan beberapa ATM Kondom (vending machine) di tempat-tempat ‘terpilih’. Bukan di sembarang tempat. Namun, upaya ini ditentang habis-habisan oleh banyak kalangan, terutama datang dari kalangan tokoh agama.
Sugiri, ataupun pendahulunya, mengamini kehendak tokoh agama itu dengan cara menarik ATM Kondom. Kini ATM Kondom hanya ada terbatas di beberapa tempat terpilih saja. Padahal, menurut Sugiri, efektifitas kondom menangkal meluasnya penyebaran HIV/AIDS sudah teruji.
Amerika, Eropa dan beberapa negara Asia seperti Thailand, cukup tertolong dengan kondom. Jumlah pengidap HIV/AIDS di negera-negara itu menurun cukup signifikan. Bagaimana di Indonesia? Anjuran pemakaian kondom secara terbuka ternyata justru dinilai salah. Dituding melegalkan hubungan seks di luar nikah. Sayangnya, solusi yang ada dinilai tidak memuaskan. Sementara jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat.
”Semua tokoh agama memahami dan menyadari betul kondom bisa mencegah penularan HIV/AIDS. Tetapi mereka dihadapkan pada persoalan itu (agama dan moral). Sebagai tokoh ulama, tokoh agama, tentu saja ada perasaan kurang pas kalau kemudian mereka menyetujui bahwa kondom sebagai salah satu syarat (penanggulangan HIV/AIDS),” ujar Sugiri.
Kondom alat netral
Kewenangan yang dimiliki, bagi Sugiri adalah amanah. Harus disikapi dengan tanggung jawab. Karena itu, Sugiri tidak kurang akal. Baginya, lebih baik diumpat daripada berdiam tanpa melakukan tindakan. Sebagai jawab atas kondisi yang ada, Sugiri bertekad untuk lebih giat lagi mengkampanyekan kondom sebagai alat kontrasepsi. Bukan sebagai alat pencegahan HIV/AIDS.
Harapannya, semakin banyak masyarakat mengenal kondom sebagai alat pencegah kehamilan, maka secara tidak langsung mereka akan tahu manfaat lain kondom. Dan pada gilirannya akan memotivasi ‘pria-pria genit’ bahwa kondom penting, baik ketika ‘jajan’ ataupun saat berhubungan dengan istri.
”Kalau para tokoh agama disuruh berkampanye (tentang kondom) untuk menanggulangi HIV/AIDS, justu persoalannya itu tadi. Tapi, jika mereka berkampanye tentang alat KB, tidak ada persoalan. Mereka menerima kondom sebagai alat KB,” tandas Sugiri.
Dalam pandangan Sugiri, sebetulnya kondom sebuah alat yang netral. Bisa dipakai untuk mencegah kehamilan. Bisa juga untuk pencegahan HIV/AIDS. Kondom bisa dipakai oleh orang yang imannya kuat, yang tidak pernah selingkuh. Tapi juga bisa dipakai oleh orang yang selingkuh. Kondom memang sekedar alat. ”Kalau kampanyenya ke arah bagaimana kita meningkatkan kesertaan kondom bagi KB, secara otomatis pencegahan HIV/AIDS juga ikut ternaungi,” Sugiri menegaskan.
Kondom tampaknya semakin dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya angka kesakitan akibat HIV/AIDS yang menimpa ibu rumah tangga. Mereka umumnya tertular dari suami. Papua adalah provinsi di mana jumlah ibu rumah tangga baik-baik yang terinfeksi HIV semakin banyak.
”Anda ketahui bahwa sekitar 80 penderita HIV/AIDS di Papua. Kalau di Jakarta akibat penggunaan jarum suntik narkoba, di Papua karena hubungan seksual dalam rumah tangga (suami – istri). Karena mungkin sang suami ’jajan’, kemudian balik ke rumah, isteri tertular. Jadi, tidak ada salah kalau kita berkampanye program KB, karena otomatis dia akan mencegah HIV/AIDS,” jelas Sugiri.
Lebih jauh Sugiri menjelaskan, bahwa program-program yang dikembangkan BKKBN pada umumnya didukung para tokoh agama. Semisal, program ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Inti dari ketahanan keluarga adalah keimanan, moral dan perilaku para anggota keluarga.
”Kalau mereka dituntut dalam perubahan-perubahan perilaku, perubahan keimanan, kalau bisa sangat bagus. Tapi tingkat keberhasilan itu kan tidak bisa diyakinkan. Bukan jaminan seorang yang menjalankan agama dengan baik tidak punya moral yang baik. Ini juga persoalan yang tidak mudah. Kalau kita berhasil membangun program ketahanan keluarga, tentu akan mendorong turunnya angka HIV/AIDS,” kata Sugiri.
Tapi, cukupkah hanya dengan itu? (sancoyo r)

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...