Museum Pos Indonesia yang terletak di sayap timur Gedung Sate, Bandung
Quote:
Quote:
|
B. Keistimewaan
Museum Pos Indonesia sangat cocok bagi Anda para pegila filateli, sebab museum ini memiliki sekitar 50 ribu lembar perangko dari sekitar 178 negara di dunia. Koleksi yang begitu kaya tersebut dikumpulkan sejak museum ini didirikan, yakni 1933 hingga sekarang. Selain dapat menikmati koleksi berbagai perangko, pengunjung juga dapat melihat benda-benda pos lainnya yang sarat akan nilai sejarah.
Di lantai pertama misalnya, wisatawan akan langsung disambut oleh pameran berbagai perlengkapan karyawan sejak jaman kolonial hingga sekarang. Di ruang pameran ini Anda dapat membandingkan perkembangan pakaian dinas karyawan pos, juga peralatan-peralatan pos yang sudah terlihat sangat kuno. Salah satu yang menyolok mata adalah patung tokoh pos Indonesia, yaitu Mas Soeharto. Mas Soeharto merupakan tokoh pos yang hilang karena diculik oleh Belanda. Patung tersebut menjadi salah satu upaya menghargai tokoh pos yang banyak berjasa pada perkembangan layanan pos di Indonesia ini.
Patung tokoh pos Indonesia, Mas Soeharto
Masih di lantai pertama, wisatawan juga diperlihatkan berbagai alat seperti timbangan surat, timbangan paket, kantong pos, stempel pos, kendaraan pengantar surat, serta peralatan-perlatan pos tempo dulu lainnya. Ada juga semacam replika yang menggambarkan para pegawai pos yang sedang bekerja. Penggambaran melalui replika ini sangat membantu untuk mengetahui seperti apa proses layanan pos pada jaman dahulu hingga sekarang. Sementara di sudut-sudut ruangan ditampilkan pula gambar-gambar proses pembuatan prangko, pencetakannya, hingga siap digunakan oleh konsumen.
Replika petugas pos dan timbangan paket
Selain lantai pertama, ruang pamer lainnya adalah di lantai bawah tanah (basement). Di tempat inilah para pelancong dapat menyaksikan berbagai koleksi perangko dari berbagai negara. Perangko-perangko ini ditempatkan di dalam lemari-lemari dari kaca yang disebut vitrin. Susunan lemari ini berderet dari koleksi terkuno hingga koleksi terkini, dengan kategori perangko yang mengacu pada negara asal perangko tersebut diproduksi. Dari sekitar 50 ribu koleksi perangko, beberapa kelompok koleksi sengaja diberi pengaman khusus, seperti palang besi dan dikunci. Hal ini mengingat koleksi-koleksi tersebut terbilang kuno dan langka, sehingga jika dinilai dengan nominal uang, maka nilainya akan sangat mencengangkan. Bisa mencapai miliaran rupiah. Untuk menyaksikannya, wisatawan pun secara khusus harus didampingi petugas .
Vitrin tarik yang memamerkan koleksi perangko dari berbagai negara
Koleksi di dalam Museum
Koleksi di dalam Museum
Sebagian besar koleksi perangko istimewa di museum ini memang berasal dari Belanda. Hal ini tidak begitu mengherankan, sebab sedari awal museum ini memang didirikan oleh perusahaan pos milik Belanda. Meski demikian, tidak berarti Museum Pos Indonesia abai untuk memperlihatkan sejarah perangko dunia. Salah satu koleksinya berupa lukisan perangko pertama di dunia yang disebut "The Penny Black". Perangko ini bergambar kepala Ratu Victoria dan diterbitkan pertama kali tahun 1840. Di samping lukisan perangko pertama itu, dipajang pula gambar Sir Rowland, pencipta perangko pertama tersebut yang semula merupakan pekerja di Dinas Perpajakan Inggris. Dalam keterangan yang tertera di museum, kita bisa tahu ternyata pada awalnya biaya pengiriman surat ditanggung oleh si penerima. Namun, sistem ini akhirnya dihentikan dan diganti karena pernah terjadi kasus penerima surat yang menolak membayar biaya pengiriman surat.
Selain sejarah perangko pertama di dunia, ada juga perangko pertama di Indonesia. Bentuknya bukan lukisan, melainkan perangko asli. Perangko yang terbit pada 1 April 1864 ini berwarna merah anggur dengan gambar Raja Willem III. Harganya ketika itu sekitar 10 sen
Berbagai peralatan pos pada jaman dulu juga dipamerkan di lantai bawah tanah ini, misalnya berbagai macam bentuk bis surat yang dikumpulkan dari seluruh Nusantara. Kemudian ada juga gerobak besi kuno yang dahulu digunakan untuk mengangkut surat dari kantor pos ke stasiun kereta api. Sementara peralatan yang lebih modern adalah sebuah mesin penjual perangko otomatis. Namun sayang, mesin ini sudah rusak.
Koleksi lainnya yang juga cukup bernilai adalah poset-poster surat emas (golden letter). Poster-poster ini merupakan replika surat-surat kuno yang dibuat pada zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara, seperti Mulawarman, Sriwijaya, Tarumanegara, dan Majapahit. Meskipun disebut surat emas, namun pada kenyataannya gambar poster tersebut tidak lagi menunjukkan kilau emas pada goresan huruf-hurufnya. Hal ini karena usia surat tersebut telah berabad-abad, sehingga ketika dibuat replikanya tidak lagi menunjukkan warna kemilau emas.
Quote:
Quote:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar